Kec. Dungkek Kab. Sumenep

Menggali Potensi Sumber Daya Manusia Desa Bicabi Dungkek Sumenep: Menyongsong Kemajuan dan Pemberdayaan

Sumenep, 11 Juli 2023
        Penduduk Desa Bicabbi berjumlah 1.503 jiwa, terdiri dari 682 jiwa laki-laki dan 821 jiwa perempuan. Masyarakat desa ini, yang terletak di Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep, memiliki potensi dalam peranannya sebagai makhluk sosial yang adaptif. Masyarakat Desa Bicabbi telah menunjukkan kemampuan mereka dalam mengelola diri sendiri dan memanfaatkan potensi alam sekitar untuk mencapai kesejahteraan dan kelangsungan tatanan sosial yang seimbang dan berkelanjutan.

Sumber: Dokumentasi Pribadi
    
Mayoritas masyarakat desa ini bekerja sebagai petani, pekebun, atau peternak. Mereka memiliki kemampuan bertani yang diwariskan dari generasi sebelumnya. Jumlah petani di Desa Bicabbi mencapai 642 jiwa. Pertanian di desa ini mencakup tanaman seperti kacang kayu dan siwalan. Pohon siwalan tumbuh secara alami di desa ini tanpa perlu ditanam. Pohon-pohon ini dimanfaatkan dengan mengambil air nira yang kemudian diolah menjadi gula siwalan, mirip dengan gula batok jawa. Daun siwalan digunakan sebagai bahan anyaman untuk topi dan produk lainnya, sementara buah siwalan dapat langsung dikonsumsi sebagai makanan. Selain bertani, masyarakat desa juga terlibat dalam berbagai usaha seperti produksi gula siwalan, pembuatan sapu dari lidi, dan pembuatan sapu dari sabut kelapa.

    Proses kewirausahaan masyarakat Desa Bicabbi di dalam produksi gula siwalan cukup menarik. Masyarakat mengambil air nira dari pohon siwalan dengan cara mengebor bagian pangkal batangnya. Nira yang terkumpul kemudian dimasak hingga mengental menjadi gula siwalan. Proses ini dilakukan dengan menggunakan alat tradisional seperti tungku atau kompor kayu. Setelah mengental, gula siwalan dihasilkan dalam berbagai bentuk, seperti gula batok atau gula kristal kecil. Produk ini dijual di dalam dan luar desa, mencakup pasar lokal dan bahkan sampai ke pasar internasional.

Selain itu, masyarakat Desa Bicabbi juga berwirausaha dalam pembuatan sapu. Mereka menggunakan lidi kelapa sebagai bahan utama dalam membuat sapu lidi yang berkualitas. Daun kelapa juga dimanfaatkan sebagai bahan anyaman untuk sapu, sedangkan sabut kelapa digunakan dalam pembuatan sapu lantai atau sapu ijuk. Produk-produk sapu tersebut memiliki permintaan yang tinggi, dan penjualan dilakukan di daerah sekitar Desa Bicabbi, termasuk ke kota-kota terdekat seperti Bangkalan dan Surabaya.

Melalui keterampilan bertani, produksi gula siwalan, dan pembuatan sapu, masyarakat Desa Bicabbi telah menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan. Mereka mampu memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar desa dengan cara yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Dengan demikian, mereka tidak hanya meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka sendiri, tetapi juga berkontribusi terhadap pengelolaan lingkungan dan keberlanjutan desa secara keseluruhan.

1. Gula merah dari siwalan

        Di Desa Bicabbi, produksi gula siwalan masih dilakukan secara tradisional menggunakan tungku dan kuali besar. Selama proses pembuatan, bahan bakar yang digunakan hanyalah kayu bakar dan daun-daun kering. Metode tradisional ini memberikan keharuman dan rasa manis yang khas pada gula merah siwalan. Gula merah siwalan dibuat dari air nira yang diperoleh dari pohon siwalan. Dalam bahasa setempat, nira siwalan disebut "la'ang".

Nira siwalan yang segar dapat langsung diminum atau dinikmati dengan tambahan es batu. Rasanya manis dan menyegarkan, namun nira siwalan memiliki umur simpan yang singkat, yaitu sekitar satu hari. Air nira yang sudah basi disebut "tuak" karena mengandung alkohol dan cuka. Air tuak ini tidak dapat digunakan sebagai bahan baku untuk membuat gula merah yang berkualitas. Air la'ang yang merupakan bahan dasar gula merah diperoleh dari pohon siwalan.

Proses pembuatan gula siwalan dimulai dengan merebus air la'ang hingga mengental dan mengubah warnanya menjadi kecoklatan. Untuk mengukur kekentalan, la'ang direbus hingga volume tersisa seperempat. Selanjutnya, adonan diaduk hingga dapat dicetak. Proses ini berlangsung sekitar 4 hingga 5 jam. Dalam sehari, masyarakat desa mampu menghasilkan gula siwalan sebanyak 8 hingga 10 kilogram.

Hasil gula siwalan umumnya dijual kepada pengepul dengan harga bervariasi, antara Rp 12.500,- hingga Rp 14.000,- per kilogram. Harga tersebut dapat berfluktuasi tergantung pada kondisi dan musim. Selain itu, harga gula juga dapat dipengaruhi oleh pengepul yang memasarkan produk tersebut.
Meskipun proses pembuatan gula siwalan masih dilakukan secara tradisional, kegiatan ini memiliki nilai ekonomi yang penting bagi masyarakat Desa Bicabbi. Selain memberikan penghasilan tambahan, produksi gula siwalan juga menjadi warisan budaya dan keahlian yang dilestarikan secara turun temurun. Keunikan rasa dan aroma gula merah siwalan dari Desa Bicabbi menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta kuliner lokal maupun wisatawan yang ingin merasakan kelezatan khas dari daerah tersebut.

2. Sapu Ijuk atau Sapu dari sabut kelapa
    Desa Bicabbi memiliki keunikan dalam memanfaatkan serabut kelapa, yang sering kali dianggap sebagai limbah, menjadi bahan baku utama untuk pembuatan sapu. Bicabbi menjadi tempat di mana beberapa warganya terlibat dalam usaha produksi sapu dari serabut kelapa. Proses pembuatan serabut kelapa ini membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pembuatan sapu lidi. Serabut kelapa yang berkualitas baik diperoleh dengan merendamnya di bawah pasir laut selama 4 hingga 8 bulan. Setelah itu, serabut dipukul-pukul agar daging serabut terurai. Setelah terurai, serabut kelapa dikeringkan melalui proses pengeringan. Setelah kering, serabut diperapikan dan dibentuk seperti sapu.

Pembuat sapu dari serabut kelapa di Desa Bicabbi membeli bahan baku dengan harga tertentu, yaitu sebesar Rp 20,- per kulit kelapa yang belum direndam dan Rp 1.000,- per kulit kelapa yang sudah direndam. Tali tampar, yang digunakan sebagai pengikat pada sapu, dijual dengan harga Rp 10.000,- untuk 50 sapu. Sedangkan bambu, yang digunakan sebagai gagang sapu, dibeli dengan harga Rp 300,- per gagang. Keuntungan dari penjualan sapu serabut kelapa ini sebesar setengah dari modal awal. Modal per sapu serabut kelapa sebesar Rp 2.000,-, dan dijual ke konsumen dengan harga Rp 4.000,-.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Secara keseluruhan, masyarakat Desa Bicabbi memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah, seperti serabut kelapa, perkebunan siwalan, dan potensi perikanan, untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan perekonomian mereka. Meskipun masih terdapat beberapa kendala terkait dengan perizinan usaha, usaha-usaha kecil ini tetap berjalan dengan cara yang tradisional dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.

3. Sapu Lidi
    Sapu lidi, yang merupakan sapu tradisional yang dikenal oleh banyak orang, juga diproduksi oleh beberapa usaha kecil di Desa Bicabbi. Sapu ini terbuat dari daun kelapa yang dikeringkan dan bagian tengah daun yang menyerupai kayu kecil digunakan sebagai lidi. Salah satu pengusaha sapu lidi di desa ini menjelaskan bahwa mereka tidak memproduksi lidi sendiri, melainkan membeli lidi dari pemasok. Satu ikat lidi dibeli dengan harga dua ribu rupiah, dan kemudian diolah lebih lanjut. Sapu lidi yang telah diproses dalam bentuk yang berbeda dijual dengan harga dua ribu lima ratus rupiah. Selain itu, ada juga sapu lidi dengan kualitas lebih baik yang dijual seharga dua belas ribu rupiah. Sapu lidi dengan harga dua belas ribu rupiah ini dibentuk seperti sapu yang digunakan oleh pasukan kuning. Sapu-sapu tersebut kemudian dikirim ke Surabaya untuk proses penyelesaian dan harga jualnya di Surabaya akan lebih tinggi daripada harga sebelumnya.
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Proses pembuatan sapu lidi dimulai dengan mengambil daun kelapa dan membersihkannya dari tepi-tepi lidi. Setelah dibersihkan, lidi-lidi tersebut dipisahkan dan dipilih antara lidi yang panjang dan pendek. Untuk mendapatkan lidi yang lebih berkualitas, lidi-lidi tersebut dijemur terlebih dahulu. Selanjutnya, minimal 70 batang lidi diikat menjadi satu sapu lidi. Sapu lidi ini dapat digunakan untuk menyapu kasur, dan jumlah lidi yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan.

Di Desa Bicabbi, industri sapu lidi menjadi salah satu sumber penghasilan yang penting bagi penduduk setempat. Dalam sehari, seorang pekerja di desa ini mampu menghasilkan sekitar 50 biji sapu lidi yang siap dikirim ke Surabaya. Namun, penjualan sapu lidi tidak terbatas pada jumlah tersebut. Dalam satu pengiriman, jumlah sapu lidi yang dikirim bisa mencapai sekitar 1.500 biji. 

Dengan adanya jumlah yang signifikan ini, omset penjualan dalam satu kali pengiriman bisa mencapai angka yang mengesankan, yakni sekitar 18.000.000 rupiah. Pendapatan sebesar ini memberikan dampak positif bagi perekonomian desa Bicabbi dan meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. 

Proses produksi sapu lidi di desa ini dilakukan secara tradisional. Pohon kelapa yang melimpah di sekitar desa digunakan sebagai bahan baku utama. Daun kelapa yang kuat dan lentur dipilih, kemudian diolah menjadi sapu lidi yang berkualitas. Prosesnya melibatkan pemilihan daun yang tepat, pengupasan kulit, dan pemotongan yang presisi. Setelah itu, sapu lidi dikumpulkan, diikat, dan dijajakan untuk dijual.

Bisnis sapu lidi di Desa Bicabbi tidak hanya memberikan keuntungan finansial, tetapi juga menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Banyak penduduk desa yang terlibat dalam produksi sapu lidi, baik sebagai pekerja maupun pemilik usaha. Hal ini memberikan peluang ekonomi yang lebih luas dan berdampak positif terhadap stabilitas ekonomi desa secara keseluruhan.

Keberhasilan industri sapu lidi di Desa Bicabbi tidak lepas dari kerja keras dan dedikasi masyarakat setempat. Mereka menjaga kualitas dan kehandalan produk, serta memperhatikan permintaan pasar yang terus berkembang. Selain itu, kerjasama antara produsen dan pengusaha distribusi juga menjadi faktor penting dalam menjaga kelancaran dan keberlanjutan usaha ini.

Dengan potensi penjualan yang besar dan pasar yang stabil, bisnis sapu lidi di Desa Bicabbi terus berkembang. Peningkatan pendapatan ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi individu-individu yang terlibat dalam produksi sapu lidi, tetapi juga berdampak positif pada perkembangan desa secara keseluruhan.

Usaha pengolahan sapu lidi di Desa Bicabbi merupakan contoh kegiatan ekonomi masyarakat yang mengoptimalkan sumber daya alam yang ada. Daun kelapa yang melimpah di desa tersebut dimanfaatkan untuk produksi sapu lidi, yang memiliki nilai jual baik di pasar lokal maupun di Surabaya. Dengan adanya pengolahan dan pemasaran yang baik, pengusaha sapu lidi di Desa Bicabbi dapat menghasilkan pendapatan yang signifikan dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan perekonomian desa serta kesejahteraan masyarakat setempat.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Subscribe to our Newsletter

Contact our Support

Email us: Support@templateism.com

Our Team Memebers